Perhatian
terhadap kelestarian fungsi ekosistem Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau
Toba telah dimulai sejak lama bahkan sejak zaman kolonial. Berbagai
upaya rehabilitasi yang telah dilakukan melalui penanaman kembali
kawasan hutan (reboisasi) dan penghijauan pada lahan masyarakat
menunjukkan berbagai tingkat keberhasilan dan kegagalan.
Berdasarkan
interpretasi citra satelit pada tahun 1985 dan 2005 diindikasi terjadi
pengurangan penutupan hutan ± 16 ribu hektar dan peningkatan lahan
kritis berupa padang alang-alang sebesar ± 17 ribu hektar selama periode
tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir luas lahan terdegradasi semakin
meningkat dengan masih terjadinya penebangan liar, pembukaan lahan
hutan, intensitas kebakaran hutan dan lahan yang tinggi dan praktek
pengolahan tanah yang tidak lestari.
Belajar
dari berbagai keberhasilan dan kegagalan program rehabilitasi di DTA
Danau Toba, diidentifikasi bahwa rendahnya partisipasi dan kepedulian
masyarakat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan.
Keberhasilan
berbagai program rehabilitasi dapat dipertanyakan jika aspek
peningkatan kepedulian dan partisipasi masyarakat merupakan aspek yang
dinilai. Dalam prakteknya, rendahnya kepedulian masyarakat dalam menjaga
kelestarian ekosistem hutan tercermin dari rendahnya kepedulian
memelihara tanaman rehabilitasi dan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran, pembukaan lahan dengan pembakaran yang tidak hati-hati, dan
luasnya lahan tidur.
Saat
ini terdapat tidak kurang 48 ribu hektar lahan tidur dan kritis di
Kabupaten Samosir atau setara dengan 77,4% luas lahan kering di wilayah
tersebut. Luasnya lahan tidur dan kritis ini berbanding lurus dengan
kemiskinan masyarakat. Pada tahun 2000 terdapat 23 % penduduk Samosir
yang berada di bawah garis kemiskinan dengan lebih dari 90%
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Jumlah ini meningkat
menjadi 41 % pada tahun 2004 atau naik sekitar 18 % (20.070 jiwa) selama
periode tersebut. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya tekanan
terhadap kelestarian hutan alam yang tersisa.
Apa Yang Perlu Kita Mulai
Untuk meningkatkan fungsi ekosistem Danau Toba sebagai salah satu sistem penyangga kehidupan maka perlu dilakukan inisiasi dukungan bagi penanaman pohon pada lahan kritis berbasis masyarakat dan peningkatan inisiatif peningkatan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem DTA Danau Toba melalui pelatihan, penggalian teknik budidaya/ rehabilitasi lahan, serta alternatif pemberdayaan masyarakat lainnya.
Untuk meningkatkan fungsi ekosistem Danau Toba sebagai salah satu sistem penyangga kehidupan maka perlu dilakukan inisiasi dukungan bagi penanaman pohon pada lahan kritis berbasis masyarakat dan peningkatan inisiatif peningkatan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem DTA Danau Toba melalui pelatihan, penggalian teknik budidaya/ rehabilitasi lahan, serta alternatif pemberdayaan masyarakat lainnya.
Beberapa kegiatan yang dapat kita mulai lakukan antara lain :
a. Penanaman pohon asuh (adoption/ memorial trees)
Melalui penanaman berbagai jenis (tanaman kehutanan dan Multipurpose Trees) dengan pola pohon asuh diharapkan berbagai pihak yang peduli memberikan donasi terhadap pohon yang ditanamnya hingga tanaman tersebut mampu bertahan hidup. Donasi tersebut akan dialokasikan kepada masyarakat sebagai insentif pemeliharaan tanaman tersebut. Dalam jangka panjang pohon yang ditanam tersebut dapat menjadi pohon kenangan (memorial trees) serta areal penanaman dapat dijadikan salah satu demo plot rehabilitasi lahan. Masyarakat Batak Toba yang berada di perantauan dapat mendonasikan sekurangnya satu pohon bagi pemulihan Pulau Samosir kampung halamannya.
b. Pelatihan pembuatan kompos
Pelatihan pembuatan kompos bertujuan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pupuk kimiawi (non-organik). Dengan kondisi tanah berpasir dan berbatu, pemakaian pupuk kimiawi tidak efisien karena kemampuan ikat tanah yang rendah, selain itu harga pupuk yang mahal sangat memberatkan masyarakat. Pupuk kompos yang dibuat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan tidur/kritis sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan secara tidak langsung mengurangi ketergantungan terhadap hutan dan kawasan hutan.
c. Pelatihan pembuatan persemaian
a. Penanaman pohon asuh (adoption/ memorial trees)
Melalui penanaman berbagai jenis (tanaman kehutanan dan Multipurpose Trees) dengan pola pohon asuh diharapkan berbagai pihak yang peduli memberikan donasi terhadap pohon yang ditanamnya hingga tanaman tersebut mampu bertahan hidup. Donasi tersebut akan dialokasikan kepada masyarakat sebagai insentif pemeliharaan tanaman tersebut. Dalam jangka panjang pohon yang ditanam tersebut dapat menjadi pohon kenangan (memorial trees) serta areal penanaman dapat dijadikan salah satu demo plot rehabilitasi lahan. Masyarakat Batak Toba yang berada di perantauan dapat mendonasikan sekurangnya satu pohon bagi pemulihan Pulau Samosir kampung halamannya.
b. Pelatihan pembuatan kompos
Pelatihan pembuatan kompos bertujuan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pupuk kimiawi (non-organik). Dengan kondisi tanah berpasir dan berbatu, pemakaian pupuk kimiawi tidak efisien karena kemampuan ikat tanah yang rendah, selain itu harga pupuk yang mahal sangat memberatkan masyarakat. Pupuk kompos yang dibuat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan tidur/kritis sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan secara tidak langsung mengurangi ketergantungan terhadap hutan dan kawasan hutan.
c. Pelatihan pembuatan persemaian
Dengan
luasnya lahan kritis yang harus direhabilitasi, kebutuhan terhadap
bibit tanaman sangat tinggi. Hingga saat ini, sebagian besar kebutuhan
bibit tanaman rehabilitasi di DTA Danau Toba (terutama Samosir) dipenuhi
dari luar kawasan ini. Kondisi ini mengakibatkan biaya tinggi dalam
transportasi serta bibit stess akibat perjalanan jauh. Dengan
pembangunan inisiatif persemaian sederhana masyarakat diharapkan
sebagian kebutuhan bibit tanaman rehabilitasi dipenuhi dari masyarakat
sendiri. Hal ini secara langsung akan menjadi alternative sumber
pendapatan masyarakat. Pelatihan persemaian pada generasi muda (murid
SD, SMP dan SMA) juga akan meningkatkan kepedulian mereka terhadap
lingkungannya. Sekolah juga diperkirakan dapat menjadi salah satu sentra
pengadaan bibit tanaman rehabilitasi.
d. Kampanye lingkungan
d. Kampanye lingkungan
Kampanye
lingkungan dilakukan terhadap murid SD, SMP dan SMA melalui pendidikan
lingkungan (environmental education), pemutara film, games dan lainnya.
Lokasi kegiatan adalah sekolah-sekolah di Kabupaten Samosir. Pemahaman
dan kepedulian yang telah ditanamkan sejak diri diharapkan dapat
membantu pemulihan Danau Toba dalam jangka panjang***
Aswandi
Peneliti Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar